KEBUDAYAAN
Pengobatan Tradisional
Jamu Gendong
Jamu gendong menjadi salah satu bentuk pengobatan tradisional di Desa Krikilan. Obat tradisional ini biasa dijual dalam botol plastik dan botol kaca. Biasanya, warga yang membeli akan langsung meminum jamu tersebut ketika membelinya. Jenis-jenis jamu gendong ini pun bermacam-macam, ada beras kencur, kunir asem, temulawak, paitan, gula asem, juga sirih. Pemrosesan bahan-bahan alami ini menjadi jamu gendong dengan cara ditumbuk, digiling, digilas, dan dideplok menggunakan alu kayu dan lumpang batu. Cara memasak bahan mentah ini adalah dengan menyangrainya di atas tungku kayu. Tujuannya agar cita rasa jamu tetap terjaga.
Mbah Parmi, 52 tahun, adalah salah satu penjual jamu gendong yang ada di Desa Krikilan. Beliau biasa berjualan di Pasar Krempyeng. Sesuai namanya, pasar ini merupakan pasar yang ada secara tiba-tiba dan berlangsung transaksi secara cepat. Biasanya Mbah Parmi berjualan setiap pagi setelah subuh hingga pukul 7 pagi.
Pijat Purba
Pengobatan tradisional yang unik dan hanya ada di Desa Krikilan adalah pengobatan dengan metode pijat. Warga sekitar mengenalnya dengan istilah pijat fosil. Sebenarnya pijat fosil ini adalah metode pijat capek. Nama pijat fosil sendiri adalah inspirasi dari sang pemijat, Bapak Tukiman (48 tahun). Pada awalnya, Bapak Tukiman adalah seorang tukang pijat capek. Suatu saat, beliau bermimpi menaiki gajah ke tengah sawah dan menemukan fosil. Akhirnya Pak Tukiman menggunakan fosil yang ia temukan sebagai media pijat. Uniknya, pelanggan pijat justru menyukai metode tersebut. Bapak Tukiman juga menuturkan bahwa setiap fosil yang digunakan dalam pemijatan tersebut memiliki manfaat yang berbeda-beda.
Suwuk Watu
Suwuk batu adalah pengobatan tradisional yang ditujukan secara khusus untuk mengobati sawanen. Pengertian sawanen secara mudah adalah kesurupan dalam level ringan. Menurut kepercayaan warga setempat, orang yang menderita sawanen biasanya akan menunjukkan gejala tidak enak badan yang disebabkan oleh “ketempelan setan”. Dikarenakan definisi penyakit ini tidak dikenal dalam dunia medis, pengobatan yang dilakukan warga adalah dengan cara tradisional yaitu suwuk batu. Proses pengobatan dengan Suwuk Batu ini mirip dengan proses Pijat Fosil. Yang membedakan adalah tujuan penggunaannya. Pijat Fosil dilakukan untuk orang yang memiliki keluhan capek atau lelah secara fisik sedangkan Suwuk Batu dijadikan alternatif pengobatan hanya untuk Sawanen saja.
Kerokan
Meski terdengar hampir sama dengan budaya Jawa lainnya, budaya kerokan di desa ini cukup unik karena menggunakan media batu fosil. Kerokan masih menjadi pengobatan tradisional yang ada di Desa Krikilan. Tujuannya adalah untuk mengobati orang dengan keluhan masuk angin. Sekilas, metode pengobatan ini mirip dengan metode pengobatan pijat fosil dan suwuk batu. Namun, yang membedakan ketiganya adalah tujuan penggunaannya. Dibandingkan pijat fosil, kerokan dijadikan opsi untuk orang yang merasa sakit masuk angin, bukan sekadar kelelahan biasa. Kerokan dijadikan alternatif pengobatan saat orang merasa tidak enak badan. Kerokan dengan batu fosil sebagai budaya pengobatan tradisional di desa ini masih dilakukan hingga saat ini.
Dolanan Tradisional
Wayang Pohung
Mbah Sadun, merupakan seorang petani sekaligus peternak yang berusia 60-an tahun. Beliau juga merupakan seorang pembuat wayang pohung, yaitu mainan tradisional jaman beliau masih kecil. Wayang pohung dibuatnya sebagai produk pengisi waktu istirahat saat beliau ikut orang tuanya Bertani. Wayang Pohung dibuat dari batang daun pohung, lidi kelapa, serta karet gelang untuk mengikat. Pohung sendiri adalah nama lain dari singkong menurut warga Krikilan. Wayang pohung dibuat sebagai dolanan atau mainan untuk hiburan. Selain itu, wayang ini digunakan juga sebagai media atau alat bantu bercerita legenda Sangiran, Balung & Buto.