DESA KRIKILAN KALIJAMBE

Search
Close this search box.

HASIL ALAM

Pertanian

     Kondisi pertanian yang ada di Desa Krikilan mayoritas merupakan pertanian tadah hujan yang mengandalkan air hujan sebagai pengairan sawah. Hanya beberapa lahan dekat sungai saja yang mendapatkan suplai air setiap saat, itupun harus dengan bantuan pompa air disel untuk mengambil airnya. Lahan pertanian yang kering tersebut mempengaruhi komoditas yang ditanam oleh para petani yang ada di Krikilan. Hasil pertanian di Desa Krikilan antara lain: pohung (singkong), lembayung, jagung, kacang tanah, kacang panjang, dan padi.

     Warga Krikilan menyebut kondisi pertanian mereka tadhah udan. Oleh sebab itu petani sulit menanam beberapa jenis tanaman yang perawatannya membutuhkan banyak air. Petani di desa ini hanya bisa memanen padi sebanyak 2 kali dalam setahun. Meski begitu panen padi ke-2 biasanya tidak memiliki hasil yang optimal. Kebutuhan sayur-mayur warga dapatkan dari dedaunan dari tanaman yang tumbuh di lahan minim air, seperti daun singkong, mbayung (daun kacang panjang), daun pepaya, dan juga kembang turi.

Alat Pertanian: Ani - Ani

     Ani-ani merupakan alat petik sederhana yang digunakan masyarakat Desa Krikilan untuk memetik hasil pertanian. Alat ini dibuat dari perpaduan bahan kayu, bambu, juga besi. Meski terlihat sederhana, ani-ani merupakan alat tradisional yang efektif dalam membantu petani untuk memetik sayur maupun padi, salah satunya oleh Mbah Temu (73 tahun). Mbah Temu memanen mbayung di ladangnya dengan menggunakan ani-ani ini.

     Penggunaan ani-ani oleh Mbah Temu ini menunjukkan adanya pelestarian kebudayaan. Meski banyak pengaruh dari kemajuan teknologi, Mbah Temu tetap menggunakan alat tradisional ini. Hal tersebut menjadi bukti bahwa masyarakat masih memilih opsi untuk menggunakan peralatan sederhana meski sudah ada teknologi modern. Alat ini digunakan terutama saat panen, karena membantu pekerjaan petani menjadi lebih cepat dalam memetik. Meski terbilang efektif dan membuat proses panen lebih efisien, nyatanya alat ini tidak lagi banyak dipakai oleh masyarakat setempat karena sudah lebih memilih pisau atau sabit. Hal tersebut membuat Mbah Temu sulit mendapatkan ani-ani yang baru dan bahkan tidak ada tempat untuk mereparasi alatnya ini.

     Ani-ani digunakan dengan cara memegang gagangnya di antara ibu jari dan jari telunjuk sedangkan plat besi dijepit antara jari tengah dan jari manis. Penggunaannya dengan cara menggerakkan jari telunjuk dan jari tengah untuk mengambil tanaman ke arah bagian dalam tangan. Dengan demikian, tanaman akan secara otomatis terpotong secara cepat.

Peternakan

     Mayoritas petani di Desa Krikilan juga beternak. Mereka beternak sapi, kambing dan juga ayam. Ternak ini biasanya dijadikan tabungan bagi para petani, dan jarang sekali mereka beternak untuk dimakan sendiri. Selain itu juga hewan-hewan ternak ini bisa juga menjadi klangenan bagi mereka. Seringkali kandang hewan ternak ini berada menjadi satu atap dengan rumah mereka atau berjarak tidak jauh dari rumah mereka.

     Untuk pakan ternak biasanya para petani menggunakan rumput yang didapatkan dari sawah atau kebun mereka. Terkadang batang padi, batang kacang, dedaunan lain dan ketela atau jagung yang dicacah menjadi pakan ternak mereka. Kemudian kotoran sapi atau kambing yang dihasilkan dijadikan pupuk organik oleh para petani. Pupuk kandang yang organik ini adalah pupuk yang membuat subur tanaman dan ramah terhadap lingkungan. Sehingga dengan beternak para petani akan memiliki berbagai keuntungan yang mendukung kehidupan mereka.

Alat Tangkap Udang: Telik

     Untuk memenuhi kebutuhan pangannya, warga Desa Krikilan tidak hanya mengandalkan dari hasil pertanian saja, namun juga beternak. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, warga Desa Krikilan juga mencarinya di sekitar Kali Cemoro seperti udang kali dan ikan kecilkecil.

     Telik adalah alat tradisional yang biasa digunakan warga Desa Krikilan untuk menjebak udang di Kali Cemoro. Telik dibuat dari bahan anyaman bambu yang dibentuk seperti corong dengan panjang sekitar 30-50 cm. Bagian ujung dibuat kecil memiliki diameter 5-10 cm, sementara bagian lain lebih lebar. Bagian dalam telik didesain sedemikian rupa untuk mencegah udang dan ikan keluar dari alat ini.

Ketika akan digunakan untuk menjebak udang, telik akan diposisikan sejajar di air yang mengalir dengan bagian ujung kecil alat ditempatkan agak dalam di air. Untuk memastikan alat tidak bergerak karena pengaruh arus air, telik akan diganjal dengan bebatuan di area ujung kecil, baik itu samping kanan kiri maupun bagian atas untuk menutup jalan agar udang masuk ke dalam telik. Apabila udang sudah masuk ke dalam telik, udang akan terjebak di dalam karena jalan masuk yang tertutup arus dan jalan keluar yang sangat kecil sehingga menyulitkan udang keluar dari jebakan.

mg_0345