DESA KRIKILAN KALIJAMBE

Search
Close this search box.

KERAJINAN

Watu Sangir

         Watu sangir merupakan batu yang digunakan untuk mengasah alat seperti pisau, sabit dan sejenisnya agar menjadi tajam. Watu sangir terdiri dari 2 jenis; motif dan biasa. Watu sangir motif merupakan jenis batu sangir yang memiliki ciri khas unik berupa gambar ulir seperti motif batu marmer. Penampang batu ini relatif halus, sehingga karena keunikan tersebut menjadikan batu ini diminati masyarakat meski harganya mencapai 10 kali lipat daripada batu sangir biasa. Sementara itu watu sangir kasar memiliki karakteristik hasil asahan yang cepat tajam namun lebih cepat tumpul. Kemudian watu sangir halus, hasil asahan peralatanya relatif lama tajam namun juga relatif lambat menumpul. Sedangkan jenis watu sangir bermotif dapat menghasilkan asahan perlatan yang cepat tajam namun relatif lama untuk menumpul. Menurut cerita warga Sangiran, watu sangir adalah batu milik warga Sangiran bernama Roro Denok yang digunakan Bandung Bondowoso untuk mengasah kuku dan melakukan pertarungan ulang dengan Buto. Hal tersebut melatarbelakangi kepercayaan masyarakat setempat untuk menggunakan batu ini sebagai media pengasah alat-alat pertanian. Hal ini selaras dengan mata pencaharian warga Desa Krikilan yang mayoritas adalah petani dan peternak. Watu sangir juga menjadi salah satu ciri khas wilayah Desa Krikilan.

Cis

         Untuk mendapatkan watu sangir, masyarakat Krikilan menggunakan alat tradisional bernama cis. Alat ini dibuat dari material kayu dan besi, bagian yang kayu merupakan pegangan dan yang besi adalah bagian yang seperti tongkat. Cara penggunaan cis ini cukup sederhana, yaitu dengan menusuk-nusukkan cis di area tertentu yang disinyalir terdapat watu sangir. Indikator untuk mengetahui keberadaan watu sangir ini tidak dapat dideskripsikan dengan jelas. Menurut Mbah Sumo, ketika menemukan batu sangir maka cis yang beradu dengan batu akan berbunyi “cis”. Namun pada dasarnya hanya orang yang sudah sering mencari watu sangir dan memiliki intuisi untuk menentukan ada tidaknya batu tersebut. Sementara untuk waktu pencarian watu sangir ini biasanya dilakukan ketika musim penghujan tiba. Ilmu untuk mendapatkan watu sangir menggunakan cis ini didapatkan secara turun-temurun dari Mbah Sumo dan bapaknya. Menurut informasi yang didapatkan, watu sangir ini cukup banyak dicari oleh masyarakat ketika musim qurban. Hal ini dikarenakan pada saat musim qurban, masyarakat membutuhkan perangkat yang tajam untuk pemotong hewan qurban maupun dagingnya untuk diolah. Guna memastikan perangkat pemotong tersebut tajam, mereka akan mengasah menggunakan media watu sangir tersebut. Dengan tren tersebut, permintaan watu sangir saat musim qurban akan meningkat.

Kapak Batu

        Watu sangir tidak hanya digunakan sebagai media pengasah saja. Beberapa orang juga mengolah batu ini sebagai kapak batu. Pak Sakimin dan Pak Suradi adalah pengrajin kapak batu di wilayah Desa Krikilan. Kapak batu sendiri diproduksi dengan tujuan utama sebagai produk souvenir untuk wisatawan. Rentang harga Rp 60.000 hingga Rp 100.000 per unitnya. Kapak batu ini memadukan batu sangir dengan tulang belulang hewan. Keunikan bentuk dari kapak batu membuat benda ini banyak diburu oleh wisatawan. Selain kapak batu, beliau juga memproduksi alat pemijat dari batu yang juga digemari oleh wisatawan.

Watu Lurik

         Jenis kerajinan khas Desa Krikilan lainnya adalah batu lurik. Pak Karyadi, 40 tahun, merupakan seroang pengrajin batu lurik. Beliau hampir setiap hari membuat batu lurik di tempat tinggalnya dan menjual hasil karyanya sebagai sumber pencaharian. Pak Karyadi mengaku bahwa membuat kerajinan batu lurik adalah kegiatan yang disukainya hingga beliau memutuskan untuk menjadi hal ini sebagai sumber penghidupan. Pembuatan batu lurik ini menggunakan alat-alat tradisional seperti tatah, kikir, gergaji batu, dan amplas. Batu akan didesain dan dibentuk, baik sesuai yang diinginkan Pak Karyadi sebagai pengrajin atau menyesuaikan pesanan. Hasil produk batu lurik ini antara lain: patung manusia purba, asbak, dan gantungan kunci.

Kaligrafi Bambu

        Melimpahnya sumber daya alam seperti rumpun bambu, dan pohon pisang membuat Pak Gino, salah satu warga Krikilan, terinspirasi untuk memanfaatkannya. Kerajinan kaligrafi bambu dibuat oleh Pak Gino telah ia mulai sejak 2,5 tahun yang lalu. Kerajinan ini ia kerjakan disela-sela waktunya sebagai tukang bangunan. Ia biasanya mengerjakan dari jam 5 hingga jam 8 malam jika tidak ada kegiatan kampung. Bahan yang digunakan untuk membuat kaligrafi ini hanya multiplek, klaras gedebog, potongan bambu apus, lem, dan pelapis anti air. Sedangkan alat yang digunakan hanyalah gergaji, meteran, dan pisau. Untuk cara membuatnya, multiplek dilapisi dengan klaras gedebog yang telah dikeringkan terlebih dahulu, setelah itu diatasnya ditempel potongan bambu, hingga membentuk sebuah tulisan tertentu. Sebelum mebuat kaligrafi bambu, Pak Gino merupakan perupa kaligrafi lukis juga pembuat relief tugu-tugu PSHT (Perguruan Silat Setia Hati Terate) yang tersebar di setiap sudut desanya. Ia membuat kerajinan kaligrafi jika ada pesanan saja. Namun selama ini hanya teman-temannya yang memesan. Kerajinan kaligrafi bambu ini perlu pemasaran keluar agar lebih dikenal masyarakat luas.

Gelas Bambu

       Desa Krikilan juga memiliki kerajinan lain berbahan dasar bambu. Sesuai namanya, keseluruhan produk ini menggunakan bahan tanaman bambu. Untuk membuat produk ini, para pengrajin biasanya menggunakan jenis bambu ori dengan usia bambu minimal 4 tahun. Pertama, bambu yang sudah ditebang dikeringkan dengan cara dijemur sekitar 4 hingga 7 hari. Pengeringan ini dilakukan untuk memastikan bambu tidak akan menyusut ketika akan masuk ke proses pembuatan selanjutnya. Jika bambu sudah kering, bambu kemudian dipotong. Ukuran pemotongan bambu ini sekitar 12 hingga 15 cm. Namun pengrajin juga bisa memotong dengan ukuran lain apabila ada pesanan khusus dari pemesan. Setelah dipotong, bambu tersebut diamplas dan dibersihkan bagian dalamnya dengan cara yang sama. Jika sudah selesai, gelas bambu tersebut akan dipasangi pegangan tangan yang terbuat dari cabang batang bambu dengan lem superglue dan lem kayu. Bagian terakhir dari pembuatan gelas ini adalah dengan melakukan coating atau pelapisan akhir. Gelas bambu adalah produk desa yang relatif baru. Produk pertamanya dibuat 3 tahun lalu oleh Pak Karyadi, warga Krikilan yang merupakan pengrajin batu lurik dan gelas bambu. Produk ramah lingkungan yang kerap digunakan warga Desa Krikilan untuk menyeduh kopi. Alasannya karena gelas ini akan mengeluarkan aroma tertentu yang membuat wedang kopi semakin terasa enak.