DESA KRIKILAN KALIJAMBE

Search
Close this search box.

PRODUK KHAS

Pangan

Pecel Gendar

          Pecel gendar merupakan panganan yang cukup umum di daerah Sangiran, termasuk di Desa Krikilan. Mbah Semi, 65 tahun, adalah seorang pembuat dan penjual pecel gendar di Pasar Krempyeng, Krikilan. Beliau sudah berjualan makanan ini sejak 31 tahun yang lalu setiap pasaran Kliwon dan Pahing. Gendar biasa dipadukan dengan pecel sayur untuk dinikmati bersama. Di Desa Krikilan sendiri, gendar dijual di pasar dengan harga yang relatif murah. Untuk menikmati satu porsinya, pecel gendar hanya dipatok dengan harga Rp 2.000 hingga Rp 5.000. Gendar sendiri merupakan olahan pangan dari bahan nasi dicampur dengan obat bleng. Jaman dulu, gendar dibuat untuk memanfaatkan nasi sisa sehingga tidak mubadzir. Namun saat ini untuk kebutuhan berjualan, gendar juga dibuat dari nasi yang masih baru.

Bungko

            Bungko merupakan makanan tradisional di daerah Kawasan Situs Sangiran. Di setiap desa di kawasan ini mengenal makanan sejenis bungko namun memiliki penamaan yang berbeda-beda. Bungko dibuat dari kacang tholo yang diproses dengan cara dikukus dalam daun pisang bersama dengan parutan kelapa. Rasa bungko sendiri cenderung plain meskipun telah diberi bumbu. Masyarakat di desa ini biasanya menikmati bungko dengan pecel dan saus kacang. Meski terlihat sebagai makanan berat, bungko dikenal sebagai salah satu makanan ringan.

          Bungko dipercaya baik untuk pencernaan, warga setempat mempercayai kacang tholo sebagai panganan yang dapat melancarkan pencernaan. Warga Desa Krikilan juga percaya bahwa bungko adalah makanan yang baik untuk orang-orang yang sedang diet atau ingin menurunkan berat badan. Hal ini karena selain dapat melancarkan pencernaan juga memiliki sifat mengenyangkan meski hanya dimakan sedikit..

Olahan Bukur

            Bukur merupakan hewan sejenis kerang yang hanya ada ketika musim hujan. Biasanya warga Desa Krikilan mencari bukur di Kali Cemoro. Secara spesifik, bentuk bukur ini seperti keong, namun dengan ukuran yang lebih kecil. Pada saat bukur melimpah, warga bisanya mengolah menjadi Bungko dipercaya baik untuk pencernaan, warga setempat mempercayai kacang tholo sebagai panganan yang dapat melancarkan pencernaan. Warga Desa Krikilan juga percaya bahwa bungko adalah makanan yang baik untuk orangorang yang sedang diet atau ingin menurunkan berat badan. Hal ini karena selain dapat melancarkan pencernaan juga memiliki sifat mengenyangkan meski hanya dimakan sedikit. Berbagai olahan masakan, seperti rica-rica, asem-asem, dan sate. Kemudian untuk olahan yang lebih awet adalah dengan membuatnya menjadi bukur krispi, yaitu membalut bukur dengan tepung krispi dan digoreng. Meski begitu masakan bukur ini belum diperjual belikan oleh warga, hanya dijadikan konsumsi pribadi saja. Padahal olahan ini berpotensi menjadi masakan khas Sangiran yang dapat dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan Museum Sangiran.

       Di sisi lain, masyarakat Desa Krikilan mempercayai adanya berbagai khasiat dari bukur. Khasiat tersebut salah satunya untuk kesehatan dan menambah stamina tubuh. Selain itu bukur ini juga dimaknai sebagai hal yang baik, yaitu karena bukur selalu hidup berkerumun. Hal ini menunjukkan adanya budaya akur. Sehingga bukur dikaitkan dengan budaya akur yang ada di masyarakat.

Sandang

Iket

            Pakaian tradisional yang khas dari Desa Krikilan adalah iket (ikat kepala). Ikat Kepala ini biasa digunakan warga sebagai bagian dari pakaian sehari-hari. Mbah Kasio, 65 tahun, adalah tetua di Krikilan terkenal akan iket-nya yang selalu dikenakan. Menurut beliau, iket ini bukan hanya bagian dari pakaian tetapi juga sebagai alas untuk menyunggi saat beliau beraktivitas di sawah atau ladang. Penggunaan iket ini juga merupakan bagian dari pelestarian warisan budaya. Mbah Kasio sendiri sudah biasa menggunakan iket sejak kecil. Kebiasaan ini diajarkan dan diturunkan oleh Ayah dan Kakeknya. Kain yang digunakan adalah kain batik segi empat yang merupakan warisan dari orang tuanya. Cara menggunakan kain baik sebagai ikat kepala, pertama dengan melipat secara diagonal agar kain tersebut menjadi berbentuk segitiga. Setelah itu, kain diikat dengan cara khusus agar menghasilkan ikatan kepala khas Sangiran. Saat ini oleh beberapa tokoh masyarakat Krikilan menamai ikat kepala ala Mbah Kasio ini sebagai Iket Wiro Sangir Kasiaji.